Selasa, 14 Januari 2014

Cara Ampuh Menghilangkan Mata Panda

[Image: tired-eyes.jpg]




Saya ingin membagikan beberapa resep jitu yang bisa Anda buat sendiri di rumah. Yuk, kita coba ramuan-ramun tradisional di bawah ini.

- Bubuhkan parutan kentang mentah ke atas kapas. Tempatkan kapas pada mata. Pastikan kapas menutupi lingkaran hitam juga kelopak mata secara keseluruhan. Biarkan selama 10 menit, kemudian bilas dengan air.

- Jika cara tersebut tidak ampuh, maka oleskanlah campuran satu sendok teh jus tomat serta perasan air lemon di sekitar mata. Lakukan dua kali sehari.

- Pasta almond yang dicampur susu juga diketahui dapat mengatasi kantung mata. Oleskan campuran tersebut di seputar area kantung mata dan biarkan selama 10 sampai 15menit.

- Ramuan lainnya adalah campuran dari satu sendok teh jus nanas segar dengan sejumput bubuk kunyik. Ramun ini akan sangat memebantu menyingkirkan lingkaran hitam.

- Oleskan krim yang megandung vitamin E dan C di sekitar kantung mata. Krim sejenis dapat Anda dapatkan di toko-toko kosmetik. Anda juga bisa mengganti krim tersebut dengan daun mint segar. Selain aromanya yang segar, daun mint juga dapat mengurangi rasa lelah pada mata setelah seharian beraktifitas di depan komputer.

- Cara lainnya adalah dengan minum segelas jus tomat yang dicampurkan dengan beberapa daun mint, perasan air jeruk nipis dan garam. Minumlah campuran jus tersebut dua kali sehari. Selain dapat mengatasi lingkaran hitam, ramuan tersebut juga dapat mencerahkan kulit wajah.

Kisah Burung Pelatuk dan Pohon yang Indah





Ada sebuah pohon yg sedang berbuah lebat, buahnya terlihat kuning keemasan sangat menggiurkan. Seekor burung jalak terbang ke pohon tersebut, dengan suara keras berteriak memuji pohon tersebut. "Pohon yg subur, engkau terlihat indah dgn buah-buah pohon ini.

Pohon setelah mendengar pujian tersebut berkata kepada burung jalak, "Teman, tinggallah ditempat saya!.

Kemudian, seekor burung kenari terbang ke pohon ini, menghadap pohon ini sambil bernyanyi,  "Pohon ini sgt hijau, buahnya sgt wangi, sgt bagus."

Pohon berkata kepada burung kenari ini, "Jika engkau ingin memakan buah, silahkan ambil saja!"

Seekor burung pelatuk terbang ke pohon ini, dia mematuk-matuk di sana-sini di badan pohon buah, membuat pohon buah sangat kesakitan, sambil menjerit kesakitan berteriak kepada burung pelatuk.

Burung pelatuk  berkata, "Saya melihat di dalam Tubuh Anda ada seekor ulat, saya ingin mematuknya keluar, jika tidak, maka Anda akan sakit dimakan ulat..."

Si pohon dengan marah berkata, "Omong kosong, engkau mematuk saya, sengaja ingin membunuh saya, cepat pergi dari sini!"  Burung pelatuk akhirnya terbang pergi.

Sekian lama kemudian, pohon menderita sakit, daunnya berubah kuning kemudian gugur.
Akhirnya dahannya juga layu, tdk bisa berbuah lagi.

Burung jalak terbang meninggalkannya.., burung kenari juga tidak datang bernyanyi lagi.

Pada saat ini burung pelatuk datang lagi, walau bagaimanapun pohon menjerit kesakitan, dia tidak peduli, mematuk terus sampai seluruh ulat di tubuh pohon terpatuk habis.

Beberapa waktu kemudian, pohon ini tumbuh kembali, daun² hijau mulai terlihat, kemudian berbuah lagi.

Pada saat ini, pohon dengan perasaan terharu berkata, "Yg bernyanyi & memuji Anda belum tentu adalah seorang teman, tetapi yg bersedia menunjukkan kekurangan Anda, juga bisa membantu Anda, inilah teman sejati."

Seorang kawan memukul dgn maksud baik, tetapi seorang lawan mengelus untuk memanipulasi

kenali dulu sebelum menilai , karena yang tampak baik belum tentu baik dan yang tampak buruk belum tentu buruk!

RENUNGAN, belajar melihat mana yg bener2 teman & mana yg sekedar memanfaatkan

Sekian Semoga Bermanfaat emo-cinta

Kisah Sebatang Pensil

[Image: pensil.jpg]

“Setiap orang pasti pernah membuat kesalahan. Itulah sebabnya, pada setiap pensil ada penghapusnya” (Pepatah Jepang)

Kali ini saya ingin menceritakan kepada Anda sebuah kisah penuh hikmah dari sebatang pensil. Dikisahkan, sebuah pensil akan segera dibungkus dan dijual ke pasar. Oleh pembuatnya, pensil itu dinasihati mengenai tugas yang akan diembannya. Maka, beberapa wejangan pun diberikan kepada si pensil. Inilah yang dikatakan oleh si pembuat pensil tersebut kepada pensilnya.

“Wahai pensil, tugasmu yang pertama dan utama adalah membantu orang sehingga memudahkan mereka menulis. Kamu boleh melakukan fungsi apa pun, tapi tugas utamamu adalah sebagai alat penulis. Kalau kamu gagal berfungsi sebagai alat tulis. Macet, rusak, maka tugas utamamu gagal.”

“Kedua, agar dirimu bisa berfungsi dengan sempurna, kamu akan mengalami proses penajaman. Memang meyakitkan, tapi itulah yang akan membuat dirimu menjadi berguna dan berfungsi optimal ”.

“Ketiga, yang penting bukanlah yang ada di luar dirimu. Yang penting, yang utama dan yang paling berguna adalah yang ada di dalam dirimu. Itulah yang membuat dirimu berharga dan berguna bagi manusia ”.

“Keempat, kamu tidak bisa berfungsi sendirian. Agar bisa berguna dan bermanfaat, maka kamu harus membiarkan dirimu bekerja sama dengan manusia yang menggunakanmu ” .

“Kelima. Di saat-saat terakhir, apa yang telah engkau hasilkan itulah yang menunjukkan seberapa hebatnya dirimu yang sesungguhnya. Bukanlah pensil utuh yang dianggap berhasil, melainkan pensil-pensil yang telah membantu menghasilkan karya terbaik, yang berfungsi hingga potongan terpendek. Itulah yang sebenarnya paling mencapai tujuanmu dibuat ”.

Sejak itulah, pensil-pensil itu pun masuk ke dalam kotaknya, dibungkus, dikemas, dan dijual ke pasar bagi para manusia yang membutuhkannya.
Sahabatku, pensil-pensil ini pun mengingatkan kita mengenai tujuan dan misi kita berada di dunia ini. Saya pun percaya bahwa bukanlah tanpa sebab kita berada dan diciptakan ataupun dilahirkan di dunia ini. Yang jelas, ada sebuah purpose dalam diri kita yang perlu untuk digenapi dan diselesaikan.

Sama seperti pensil itu, begitu pulalah diri kita yang berada di dunia ini. Apa pun profesinya, saya yakin kesadaran kita mengenai tujuan dan panggilan hidup kita, akan membuat hidup kita menjadi semakin bermakna.

Pertanyaan Keenam

[Image: image.php?di=OPY6]

Seorang remaja melamar pekerjaan sebagai pengantar barang di sebuah toko. Setelah berbasa-basi sedikit, ia mengajukan pertanyaan ke pemilik toko mengenai gaji, waktu kerja, jam istirahat, hari libur, dan asuransi kesehatan.... Sampai akhirnya ia mengajukan pertanyaan yang keenam.


“Apakah ada sepeda yang bisa digunakan untuk tugas mengantar barang?”

Pemilik toko menjawab dengan antusias, “Wah, kami tidak menyediakan sepeda, tetapi…..” Sebelum pemilik toko menyelesaikan jawabannya, remaja itu sudah permisi pergi karena mendengar tak ada sepeda. Katanya, “Kalau begitu saya tidak jadi melamar pekerjaan ini.”


Dua jam kemudian, remaja lain datang melamar. Setelah tahu jenis pekerjaan yang ditawarkan, si anak pun setuju untuk mulai bekerja di sana. Pemilik toko bertanya keheranan, “Apakah kamu tak mau tahu dulu berapa gajimu di sini?”

Remaja itu menjawab, “Saya lihat bapak orang bijaksana, pasti akan memberi gaji yang layak. Saya membutuhkan pekerjaan ini untuk membantu ibu saya. Bisa mengisi lowongan pekerjaan ini saja, saya sudah senang sekali.”


Pemilik toko senang melihat kesungguhan remaja tersebut. Lalu katanya, “Tadi ada remaja seusiamu yang melamar pekerjaan ini. Saat saya sedang menjawab pertanyaan keenamnya, yaitu adakah sepeda yang disediakan untuk pengantaran barang dan saya jawab tidak ada, dia langsung pergi.....”

Pemilik toko melanjutkan dengan senyum ramah, “Saya memang tidak menyediakan sepeda, tetapi ada sebuah motor baru untuk mengantarkan barang.”

Tinta di Sendok

Suatu kala, ada seorang yang cukup terkenal akan kepintarannya dalam membantu orang mengatasi masalah. Meskipun usianya sudah cukup tua, namun kebijaksanaannya luar biasa luas. Karena itulah, orang berbondong-bondong ingin bertemu dengannya dengan harapan agar masalah mereka bisa diselesaikan.

Setiap hari, ada saja orang yang datang bertemu dengannya. Mereka sangat mengharapkan jawaban yang kiranya dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dan hebatnya, rata-rata dari mereka puas akan jawaban yang diberikan. Tidak heran, kepiawaiannya dalam mengatasi masalah membuat namanya begitu tersohor.

Suatu hari, seorang pemuda mendengar pembicaraan orang-orang di sekitar yang bercerita tentang orang tua tersebut. Ia pun menjadi penasaran dan berusaha mencari tahu keberadaannya. Ia juga ingin bertemu dengannya. Ada sesuatu yang sedang mengganjal di hatinya dan ia masih belum mendapatkan jawaban. Ia berharap mendapatkan jawaban dari orang tua tersebut.

Setelah berhasil mendapatkan lokasi tempat tinggal orang tua itu, ia bergegas menuju ke sana. Tempat tinggal orang tua tersebut dari luar terlihat sangat luas bagai istana.

Setelah masuk ke dalam rumah, ia akhirnya bertemu dengan orang tua bijaksana tersebut. Ia bertanya, “Apakah Anda orang yang terkenal yang sering dibicarakan orang-orang mampu mengatasi berbagai masalah?”

Orang tua itu menjawab dengan rendah hati, “Ah, orang-orang terlalu melebih-lebihkan. Saya hanya berusaha sebaik mungkin membantu mereka. Ada yang bisa saya bantu, anak muda? Kalau memang memungkinkan, saya akan membantu kamu dengan senang hati.”

“Mudah saja. Saya hanya ingin tahu apa rahasia hidup bahagia? Sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya. Jika Anda mampu memberi jawaban yang memuaskan, saya akan memberi hormat dan dua jempol kepada Anda serta menceritakan kehebatan Anda pada orang-orang,” balas pemuda itu.

Orang tua itu berkata, “Saya tidak bisa menjawab sekarang.”

Pemuda itu merengut, berkata, “Kenapa? Apakah Anda juga tidak tahu jawabannya?”

“Bukan tidak bisa. Saya ada sedikit urusan mendadak,” balas orang tua itu. Setelah berpikir sebentar, ia melanjutkan, “Begini saja, kamu tunggu sebentar.”

Orang tua itu pergi ke ruangan lain mengambil sesuatu. Sesaat kemudian, ia kembali dengan membawa sebuah sendok dan sebotol tinta. Sambil menuangkan tinta ke sendok, ia berkata, “Saya ada urusan yang harus diselesaikan. Tidak lama, hanya setengah jam. Selagi menunggu, saya ingin kamu berjalan dan melihat-lihat keindahan rumah dan halaman di luar sambil membawa sendok ini.”

“Untuk apa?” tanya pemuda itu dengan penasaran.

“Sudah, jangan banyak tanya. Lakukan saja. Saya akan kembali setengah jam lagi,” kata orang tua itu seraya menyodorkan sendok pada pemuda itu dan kemudian pergi.

Setengah jam berlalu, dan orang tua bijak itu pun kembali dan segera menemui pemuda itu.

Ia bertanya pada pemuda itu, “Kamu sudah mengelilingi seisi rumah dan halaman di luar?”

Pemuda itu menganggukkan kepala sambil berkata, “Sudah.”

Orang tua itu lanjut bertanya, “Kalau begitu, apa yang sudah kamu lihat? Tolong beritahu saya.”

Pemuda itu hanya diam tanpa menjawab.

Orang tua itu bertanya lagi, “Kenapa diam? Rumah dan halaman begitu luas, banyak sekali yang bisa dilihat. Apa saja yang telah kamu lihat?”

Pemuda itu mulai bicara, “Saya tidak melihat apa pun. Kalau pun melihat, itu hanya sekilas saja. Saya tidak bisa ingat sepenuhnya.”

“Mengapa bisa begitu?” tanya orang tua itu.

Sang pemuda dengan malu menjawab, “Karena saat berjalan, saya terus memperhatikan sendok ini, takut tinta jatuh dan mengotori rumah Anda.”

Dengan senyum, orang tua bijak itu berseru, “Nah, itulah jawaban yang kamu cari-cari selama ini. Kamu telah mengorbankan keindahan rumah yang seharusnya bisa kamu nikmati hanya untuk memerhatikan sendok berisi tinta ini. Karena terus mengkhawatirkan tinta ini, kamu tidak sempat melihat rumah dan halaman yang begitu indah. Rumah ini ada begitu banyak patung, ukiran, lukisan, hiasan dan ornamen yang cantik. Begitu juga dengan halaman rumah yang berhiaskan bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Kamu tidak bisa melihatnya karena kamu terus melihat sendok ini.”

Ia melanjutkan, “Jika kamu selalu melihat kejelekan di balik tumpukan keindahan, hidup kamu akan dipenuhi penderitaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kamu selalu mampu melihat keindahan di balik tumpukan kejelekan, maka hidup kamu akan lebih indah. Itulah rahasia dari kebahagiaan. Apakah sekarang sudah mengerti, anak muda?”

Pemuda itu benar-benar salut atas kebijaksaan dari orang tua itu. Ia sungguh puas dengan jawabannya. Akhirnya ia menemukan jawaban yang selama ini ia cari. Sebelum pergi, ia menepati janjinya dengan memberi hormat dan dua jempol kepada orang tua tersebut.

Pesan kepada pembaca:

Pernahkah Anda melihat orang yang selalu mengeluh meskipun di sekelilingnya ada begitu banyak hal yang bisa dinikmati?

Pernahkah Anda melihat orang yang selalu tersenyum meskipun di sekelilingnya ada begitu banyak masalah yang membuat pusing kepala? Walaupun mereka sedang dirundung masalah, hidup sedang sulit, atau tertimpa hal-hal yang tidak menyenangkan, mereka tetap bisa menatap hidup dengan hati yang tegar dan wajah yang cerah.

Hidup manusia bagaikan roda yang berputar. Kadang kita berada di atas dan kadang berada di bawah. Hidup itu sendiri tidak statis. Hari ini kita merasa diri paling bahagia. Di lain hari kita merasa diri paling sial. Itulah hidup yang selalu bergulir tanpa kita ketahui dengan pasti apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Apa yang sedang menimpa kita sebenarnya tidak membuat kita sedih atau bahagia. Kebahagiaan dan ketidakbahagiaan kita tidak ditentukan oleh apa yang terjadi pada diri kita. Semuanya tergantung pada pilihan yang kita ambil.

Orang yang tidak bahagia selalu melihat setitik gelap di balik terangnya sinar cerah. Meskipun mereka memiliki semua yang diperlukan untuk bahagia, kalau selalu melihat keburukan atau hal-hal negatif, kebahagiaan tidak akan pernah ada dalam hidup mereka. Mereka selalu memperhatikan yang negatif, bukannya menikmati hal positif yang sudah ada di depan mata.

Orang yang bahagia selalu bisa melihat setitik terang di balik kegelapan. Tidak peduli seberapa sulit hidup mereka saat ini, tidak peduli berapa banyak masalah yang datang, mereka tidak pernah goyah. Mereka selalu bisa menemukan sesuatu yang baik dalam hidup mereka.

Orang yang tidak bahagia melihat secuil hal negatif di balik segunung hal positif. Orang yang bahagia mampu melihat secuil hal positif di balik segunung hal negatif.

Dalam hidup ini, alangkah baiknya kita tidak menjerumuskan diri kita ke dalam keterpurukan. Selalu ada hal positif yang bisa kita ambil. Jangan mengorbankan keindahan hidup hanya untuk melihat sisi jeleknya. Jadilah orang yang senantiasa melihat setitik terang di dalam gelap.